Ketika kita jenuh terhadap suatu kondisi, seperti hiruk pikuk dan kesibukan kerja, seringkali kita menghibur diri dengan berbagai hal. Hiburan ini bisa jadi berbeda tiap orang tetapi hampir semua sepakat bahwa smartphone bisa menjadi sebuah perangkat hiburan yang lengkap. Sebut saja misalnya ketika jenuh kita mungkin menghubungi sahabat, keluarga, ataupun pasangan untuk mengembalikan mood kita. Atau sejenak bermain game dan mengakses media sosial.
Media sosial misalnya, menawarkan berbagai jenis konten yang tak terbatas dari berbagai belahan dunia sehingga kita bisa menyaksikan berbagai jenis konten mulai dari konten serius hingga konten receh. Bagi orang yang sedang berada dalam kondisi jenuh dan bosan, konten receh seringkali menjadi tempat untuk mengembalikan mood. Hingga seringkali tak sadar yang niatnya hanya ingin menonton sebentar malah molor berjam-jam. Atau yang niatnya hanya ingin agar segera mengantuk, malah tak sadar ternyata sudah sangat larut malam. Sering terjadi bukan?
Menonton konten receh memang memberikan hiburan tersendiri. Akan tetapi perlu disadari bahwa terlalu over menyaksikan konten receh ternyata memiliki efek berbahaya. Disamping juga mata yang jelas akan terpengaruh karena terpapar radiasi perangkat dalam waktu yang lama.
Terlalu lama menyaksikan konten receh memberikan efek yang buruk karena bisa menyebabkan sebuah kondisi yang bisa menyebabkan penurunan kondisi mental dan intelektual seseorang. Kondisi ini memiliki istilah populer yang disebut Brain Rot.
Menurut Oxford Dictionary, Brain Rot bisa diartikan sebagai "pembusukan otak." Tentu bukan dalam arti sebenarnya, melainkan karena otak mengalami penurunan kondisi mental dan intelektual. Kondisi ini bisa muncul jika seseorang terlalu banyak menyaksikan konten-konten media sosial, khususnya konten-konten receh yang tidak memberikan stimulasi otak untuk berpikir.
Untungnya, tubuh dirancang sedemikian canggih sehingga bisa memberikan sinyal atau tanda jika seseorang mengalami Brain Rot. Tanda yang paling mudah diidentifikasi adalah jika seseorang mulai kecanduan scrolling media sosial secara berlebihan tanpa mempedulikan waktu. Misalnya pada waktu yang seharusnya digunakan untuk tidur malah digunakan untuk begadang demi scrolling media sosial. Jika kondisi ini terus terjadi maka kemudian biasanya akan disusul dengan tanda-tanda fisik misalnya mata tegang, pusing, hingga pegal-pegal di area tertentu.
Sementara itu dampak dari Brain Rot pada seseorang bisa dilihat dari beberapa hal di bawah ini;
- Berkurangnya kemampuan sosial dan emosional sehingga berpengaruh pada hubungan dengan orang-orang di sekitar
- Kehilangan momen-momen dan pengalaman nyata yang seharusnya bisa didapatkan karena terlalu banyak waktu terbuang di depan layar
- Meningkatkan resiko depresi
- Kecanduan
Lalu bagaimana cara mencegah seseorang agar tidak mengalami Brain Rot?
Untuk mencegah seseorang mengalami kondisi Brain Rot sebaiknya harus dimulai sejak dini. Kita semua tahu bahwa saat ini anak-anak sudah dijejali dengan smartphone oleh orangtuanya agar anak-anak tenang dan tidak rewel. Maka untuk mencegah agar tidak terjadi Brain Rot seharusnya;
- Tunda pemberian atau pengenalan smartphone pada anak-anak, sampai mereka cukup umur untuk diberi pengertian mengenai fungsi dan dampak dari smartphone dan media sosial
- Jika sudah telanjur, maka orang tua bisa mengatur penggunaan smartphone dengan membatasi akses internet, atau membatasi penggunaan smartphone di waktu-waktu tertentu
- Ajari anak-anak dengan kegiatan yang melibatkan interaksi langsung dengan lingkungan sekitar agar fokus mereka teralihkan dengan kegiatan yang nyata, bukan hanya menatap layar smartphone. Kenalkan dengan kegiatan-kegiatan outdoor yang berguna bagi perkembangan fisik anak-anak.
Bagi remaja - dewasa yang sudah telanjur mengalami kondisi ini mau tidak mau harus memaksa diri agar bisa mengurangi kegiatan scrolling media sosial. Bisa dialihkan dengan membaca buku atau ingat-ingat kegiatan yang bisa mengalihkan fokus dari layar ke lingkungan nyata.
Itulah yang perlu diperhatikan dari Brain Rot, sebuah kondisi yang mulai banyak dialami oleh orang-orang di seluruh dunia, sampai-sampai Kamus Oxford menganugerahi istilah Brain Rot ini sebagai Word of the Year pada tahun 2024 lalu.
Gabung Dengan Komunitas Untuk Berkomentar