Beberapa penulis fiksi sejarah memiliki kekhasan masing-masing dalam bercerita. Salah satunya Iksaka Banu. Secara khusus, ia menulis fiksi sejarah dengan latar sejarah Indonesia masa pendudukan Belanda sebagai seting cerita.
Lelaki kelahiran Yogyakarta ini mengungkapkan pengalaman masa kecilnya sewaktu mendapatkan pelajaran sejarah inilah yang membuatnya tertarik mengangkat masa pendudukan Belanda sebagai latarnya. Menurutnya, ada upaya dari orang Indonesia sendiri untuk menghapus keterlibatan Bangsa Belanda dalam sejarah Indonesia terutama setelah era kemerdekaan. Lulusan ITB ini mengungkapkan ketidaksetujuannya terhadap hal tersebut mengingat keterlibatan Belanda dalam menentukan perjalanan sejarah Indonesia juga sangat penting.
Seandainya kamu suka fiksi sejarah, 5 karya Iksaka Banu ini bisa menjadi pilihan untuk dibaca.
1. Semua untuk Hindia
Semua untuk Hindia merupakan kumpulan cerita pendek yang sebelumnya dimuat di berbagai media cetak nasional. Terbit warsa 2014, buku ini berhasil meraih penghargaan Kusala Sastra Khatulistiwa di tahun yang sama.
Terdiri dari 13 cerita, buku ini diawali dengan kisah Selamat Tinggal Hindia tentang Geertje, perempuan Belanda yang lebih memilih sebagai pengkhianat bagi bangsanya. Ada pula Imah, seorang nyai Tuan Fred yang harus terusir dari rumah menjelang kedatangan istri sah lelaki Belanda tersebut ke Hindia yang terangkum dalam Racun untuk Tuan.
Ada pula Penabur Benih yang menjadi penutup kumpulan cerpen. Kisahnya mengenai perjalanan Cornelis de Houtman mencapai nusantara.
2. Teh dan Pengkhianat
Fiksi sejarah Iksaka Banu lainnya masih berupa kumpulan cerpen, Teh dan Pengkhianat. Buku ini juga meraih Kusala Sastra Khatulistiwa di tahun 2019.
Kumpulan kisah dalam buku ini mengambil berbagai peristiwa sejarah pada masa pendudukan Belanda seperti Kalabaka yang memotret pembantaian VOC terhadap orang-orang Banda pada 1621. Teh dan Pengkhianat, menggambarkan peran Sentot Prawirodirdjo dalam memadamkan pemberontakan di kebun teh.
Kisah lain, Nieke de Flinder yang terinspirasi dari peristiwa pembunuhan yang menimpa Fientje de Feniks, seorang pekerja seks komersial terkenal di Batavia.
3. Sang Raja
Novel Sang Raja terbit pada 2017 lalu, mengisahkan perusahaan rokok kretek terbesar di Hindia Belanda kala itu, Tjap Bal Tiga yang dimiliki Nitisemito.
Fiksi sejarah ini mengambil sudut pandang 2 tokoh, Goenawan Wirosoeseno dan Filipus Rechterhand. Keduanya bekerja di Tjap Bal Tiga dan menjadi saksi kejayaan serta keruntuhan Tjap Bal Tiga di Kudus.
4. Pangeran dari Timur
Pangeran dari Timur ditulis Iksaka Banu dan Kurnia Effendi. Pertama, biografi Raden Saleh yang dimulai sewaktu tiba di Bogor untuk berguru kepada Antoine Payen hingga kematiannya pada 1880. Novel ini juga memunculkan pernikahan kontroversial antara Raden Saleh, Constancia Winchelhaagen.
Kisah kedua, mengambil seting abad ke-20 dengan 3 karakter pribumi bernama Syamsudin, Ratna Juwita, dan Syaefi yang terlibat cinta segitiga.
5. Rasina
Fiksi sejarah berikutnya, Rasina yang terbit tahun 2023. Bisa dibilang novel ini penjabaran dari cerpen berjudul Kalabaka.
Dua cerita berbeda ini disajikan secara bergantian. Pembaca akan diajak ke Batavia tahun 1700-an saat Joost Bortsveld dan Jaan Aldemaar Stalhaart, yang mencoba menyelidiki kejahatan Jacob de Vries dengan bantuan budak yang melarikan diri, Rasina.
Jaan Aldemaar Stalhaart sendiri, cucu Hendriek Cornelis Adam yang dihukum mati karena bersimpati terhadap orang-orang Banda. Melalui tokoh Hendriek inilah, peristiwa pembantaian di Banda diceritakan secara terperinci.
Gabung Dengan Komunitas Untuk Berkomentar