Nissan March: Mobil sepuh di kelana metropolitan

Berbicara Nissan march tentu tidak bisa lepas dari sejarahnya yang legendaris. Pertama kali diproduksi di Jepang pada 1982, mobil ini telah malang melintang di dunia otomotif. Sempat diproduksi hingga 4 generasi, penggunanya tersebar di 5 benua. Generasi kedua Nissan March sempat menyabet gelar Car of the year pada tahun 1992 di Eropa dan Jepang. Generasi keempatnya diproduksi pada tahun 2020, sayangnya untuk berhenti diproduksi pada 2022 akibat kurangnya peminat mobil ini seiring masuknya era EV di pasar otomotif global.

 

Selama 40 tahun, kiprah mobil hatchback ini di Indonesia cukup moncer. Bahkan setelah resmi disuntik mati produksinya, minat terhadap Nissan march second masih tinggi. Di lokapasar jual-beli mobil bekas, nissmarch dengan kondisi prima dan kilometer di bawah 80,000 masih dibanderol di atas 100 juta. Padahal rata-rata usianya sudah di atas 10 tahun, tentu dengan berbagai kelebihan dan kekurangannya.

 

MELAJU BERSAMA BIMA YANG PERKASA

Sebagai pengguna Nissan March kondisi second selama hampir 2 tahun, penulis merasa memiliki kewajiban “Moral” untuk menyampaikan suka duka bersama mobil ini. Di jalanan ibukota tercinta Jakarta (Bukan IKN) yang penuh kemacetan dan dihiasi dengan gang-gang kecil, mobil ini memiliki ukuran yang ramping (1,6 M), cocok menjadi support system tersendiri untuk melaju tanpa khawatir akan motor-motor yang menyalip dari segala arah. Pertama kali membawa mobil ini, penulis seringkali khawatir saat berpapasan dengan mobil lain di gang sempit. Terbukti Nissan march bisa melaluinya tanpa hambatan.

 

Berbicara kemacetan, dilansir dari situs resmi Nissan Indonesia, Nissan.co.id Nissan march dibekali mesin HR12DE 3 silinder yang terkenal bandel dan minim gangguan. Bandel, bertenaga. Karenanya penulis menamai Nissan march miliknya sebagai Bima. Tokoh pewayangan yang perkasa, gesit, tapi berhati lembut. Tampang Nissan march yang mungil cocok dengan definisi Bima di sini yang perkasa dan “sangar”. Bima yang sangar ini memiliki rata-rata konsumsi bahan bakar dalam kota, menurut beberapa reviewer otomotif di youtube, di angka 13-15 km per liter. Tapi dari pengalaman penulis, angka 10-13 km per liter terasa lebih masuk akal. Faktor usia menjadi penyebab mengingat Bima diproduksi tahun 2016, efisiensi mesin secara bertahap akan menurun. Namun konsumsi bahan bakar ini terbilang konstan, baik itu saat mengangkut beban berat maupun ringan.

 

Tanjakan maupun turunan dapat dilibas dengan aman, meskipun sebagai mobil dengan kapasitas mesin 1,189 cc putaran torsi tetap terasa standar, dengan fitur overdrive Bima bisa melaju lincah. Hal terpenting yang terasa menunjang kenyamanan berkendara bersama Bima adalah rangkanya yang terasa kokoh. Saat melaju dengan kecepatan di atas 100km pun, tidak terasa melayang sebagaimana city car pada umumnya. Ini tentu berpengaruh pada faktor keamanan bagi pengendara dan penumpang di dalam kabin mobil.

 

Oke, cukup dengan kelebihannya, nanti saya dikira sales Nissan. Sebagaimana dengan kelebihan, pasti ada kekurangannya. Yang paling terasa akselerasi Bima yang cukup lambat. Selain itu dibandingkan LCGC ataupun hatchback yang setara, Bima dapat dikatakan cenderung lebih boros. Selama pemakaian 2 tahun ini, Bima cenderung tetap stabil konsumsi bahan bakarnya karena penulis rutin melakukan penggantian oli. Perawatan mobil tua memang gampang-gampang susah.

 

Selain harus rutin perawatan, harus siap sedia dana darurat apabila kendala tak terduga muncul. Pada Nissan march, yang harus diperhatikan adalah kesehatan kaki-kakinya. Struktur kaki-kaki Bima oblak karena pemakaian. Penggantian rack steer diperlukan agar mengurangi risiko kerusakan yang lebih parah pada kaki-kaki, terutama saat melewati jalan bergelombang. Kalau penulis sih, membawa Bima untuk rekondisi ke bengkel terpercaya saja hehehe. Hal ini dikarenakan harga spare part Nissan March memang cenderung lebih mahal dibandingkan mobil-mobil LCGC. Tentunya ini dipengaruhi pabrik Nissan march yang sudah tutup di Indonesia sehingga suplai komponen suku cadang terbatas. Selain itu rencana merger antara Honda dan Nissan yang ditunda saat artikel ini ditulis turut menyumbang ketidakpastian mobil keluaran Nissan ini.

 

Akhirnya, Bima memang memiliki kelebihan dan kekurangan sebagaimana mobil pada umumnya. Namun dari sisi penulis sebagai pengguna terlanjur jatuh cinta pada mobil ini. Asalkan perawatan berkala dilakukan dan cermat terhadap gejala-gejala kelainan yang timbul, pastinya mobil ini masih tetap dapat melaju dengan performa yang oke. Let’s go Bima! For another 50,000km and beyond!

TangiTuru Community adalah media yang menyediakan platform untuk menulis , Semua karya tulis yang dibuat adalah sepenuhnya tanggung jawab dari penulis

Gabung Dengan Komunitas Untuk Berkomentar


Rekomendasi Untuk Anda
Tentang Penulis

Penulis lepas, pengguna mobil, dan warga negara Indonesia