Mari Menyelami Buku Tanpa Buru-Buru dengan Teknik Slow Reading

Photo by cottonbro studio from Pexels

Kamu termasuk tim baca buku cepat atau lambat? Cepat karena ingin menamatkan buku tepat waktu dan pindah segera ke buku lainnya, atau justru lebih lambat sembari meraba-raba maksud di balik isinya? Keduanya tergantung tujuan dan kenyamanan pribadi, sih.

Namun, kali ini pembahasan akan tertuju pada slow reading atau membaca lambat. Teknik satu ini mengajak pembaca menikmati setiap momennya perlahan-lahan. Apalagi kalau baca buku saat weekend, rasanya sayang kalau hanya sekilas dan selesai. Momen membaca harus diresapi baik-baik biar isinya menempel di ingatan.

Sayangnya, di era digital saat ini, kita cenderung dituntut hidup serba cepat dan praktis. Kata orang-orang demi efektivitas dan efisiensi dalam banyak hal. Pada kenyataannya, urusan membaca kurang efektif jika harus diburu-buru. Soalnya, 1โ€”2 patah kata juga berharga dan bisa mengubah makna. Pengalaman dan pemahaman jauh lebih penting daripada jumlah bacaan.

Mencomot informasi dari lamanย ConnectAbility Australia, membaca lambat sangat penting dan banyak sekali manfaatnya. Di antaranya yang disebutkan adalah bisa menikmati bacaan, membantu pemahaman jadi lebih baik, mengurangi stres, memperlambat penurunan daya ingat, meningkatkan interaksi sosial, serta meningkatkan konsentrasi.

Mengingat manfaat itu, kita harus coba membaca buku lebih lambat untuk menyelami isinya dalam-dalam. Mengikat kata per katanya di pikiran dan benak kita supaya lebih fokus dan tidak mudah lupa. Tidak apa-apa juga kalau satu lembar lama selesainya, asalkan masih dalam batas wajar.

Kalau membaca buku fiksi memang kerap tidak terasa, tahu-tahu sudah selesai setengah buku. Tinggal mengikuti alurnya yang mengalir dan bahasnya yang lebih ringan meski isinya ratusan lembar. Sebaliknya, membaca buku non-fiksi agaknya sulit kalau dilakukan dengan teknik cepat. Bisa saja, tetapi pemahaman soal isi buku akan kurang. Pada akhirnya hanya dibaca, bukan dipahami.

Slow reading seperti meditasi ala pecinta baca. Duduk di teras sambil menyeruput kopi atau teh. Sesekali melihat pemandangan jalan atau rumah tetangga. Sungguh momen yang khidmat untuk melepaskan segala yang berat di kepala. Tidak heran, kan, kalau membaca lambat bisa mengurangi stres?

Dalam teknik ini, kita diajak menyelami buku hingga benar-benar tenggelam. Mengulang kalimat yang menarik atau kalimat yang sulit dipahami. Bila perlu, menandainya dengan highlighter warna-warni atau mengutipnya ke dalam jurnal pribadi. Jika ada kosakata yang terasa asing, cari di internet supaya paham.

Pendekatan slow reading bisa pula menjadi cara untuk melatih kesabaran. Hasrat yang sering kali tergesa-gesa perlahan akan menemukan ketenangan. Emosi pun lebih terkendali seiring waktu. Namun, prosesnya perlu waktu yang cukup lama, sehingga jadwal membaca harus diatur sedemikian rupa. Mungkin kedengaran kurang cocok untuk orang-orang sibuk.

Berikut cara membaca lambat:

  1. Jauhkan dulu segala macam gangguan, seperti TV atau HP.
  2. Cari tempat paling tenang, mungkin di kamar, perpustakaan, atau taman.
  3. Hindari membaca saat capek atau saat ngantuk.
  4. Gunakan pencahayaan yang terang supaya gak pusing dan bikin sakit mata.
  5. Mulailah membaca perlahan dengan fokus pada isi bacaan.
  6. Catat bagian-bagian menarik dan penting.

Mari membaca lebih lambat saat punya waktu luang. Soalnya sayang kalau banyak membaca buku tapi gak paham isinya. Tapi, balik lagi, ini hanya soal kenyamanan masing-masing orang. Bila memang lebih nyaman membaca cepat, lakukan saja, asalkan tidak berhenti membaca. Minat baca di negara kita cukup rendah, jadi teruslah membaca dengan cara masing-masing.

ย 

Sumber referensi:

"Meaning-Full: The Benefits of Slow Reading in the Digital Age." ConnectAbility Australia, https://connectability.org.au. Accessed 9 Feb. 2025.

TangiTuru Community adalah media yang menyediakan platform untuk menulis , Semua karya tulis yang dibuat adalah sepenuhnya tanggung jawab dari penulis

Gabung Dengan Komunitas Untuk Berkomentar


Rekomendasi Untuk Anda
Tentang Penulis

Apa yang membuatmu memutuskan untuk bertahan hidup?