Atas kesempurnaan akal yang dimiliki, menjadi manusia memanglah telah diperintahkan untuk menghidupkan muka bumi sejak Nabi Adam. Mengolah pohon menjadi potongan-potongan kayu, batu menjadi alat berburu, tanah menjadi bangunan, dan inovasi-inovasi lain yang diciptakan manusia dari zaman ke zaman yang selalu saja mengalami pembaharuan. ย
Dari sini kita dapat memahami bahwa produktivitas merupakan tindakan yang telah ada sejak awal manusia diciptakan. Memanfaatkan akal dan jasmani untuk mempertahankan hidup, yang tentunya juga โnguripiโ bumi. Namun, jika kita melihat kondisi era digital ini, yang mana gawai begitu mudah menidurkan usaha manusia, apakah turut menyurutkan produktifitas?
Nurohmat, Latief, dan Safrudiningsih (2024) dalam penelitian artikel jurnalnya berjudul Pengaruh Media Sosial terhadap Produktivitas Gen Z mengungkapkan bahwa penggunaan media sosial yang berlebihan dapat mengakibatkan gangguan dalam konsentrasi dan fokus, yang pada akhirnya dapat mengganggu produktivitas.
Lalu, apa akibatnya jika kurang produktif dalam menjalani hidup? Otak kita akan kosong, yang pada akhirnya akan masuk hal-hal yang kurang penting untuk dipikirkan. Ya, overthinking! Saat kita tidak melakukan apa-apa, kepala kita akan semakin gaduh. Overthinking akan dengan asyiknya muncul di sela-sela kekosongan.
Maka, salah satu cara paling efektif untuk meredam overthinking ialah dengan menjalani hidup yang lebih produktif. Ketika hari-hari kita diisi dengan kesibukan yang berkelanjutan, mana sempat memikirkan hal-hal tidak perlu yang hanya menguras energi? Orang yang produktif tidak sibuk memikirkan hal yang tak perlu, karena ia hanya memrioritaskan hal-hal yang memang penting dipikirkan.
Bilamana kita terbiasa menyibukkan diri dengan hal-hal bermanfaat, kita akan lebih menghargai waktu. Kita menjadi tidak membiarkan diri kita tenggelam dalam pikiran-pikiran unfaedah yang tiada ujungnya. Setiap waktu yang dimiliki diupayakan untuk bergerak, belajar, dan tumbuh. Sebab, waktu yang terlewat tidak akan pernah kembali.
Overthinking tidak akan hilang begitu saja. Tapi kita bisa mengendalikan seberapa banyak ruang yang kita berikan untuknya dalam kepala kita. Semakin overthinking dibiarkan membesar memenuhi ruang pikiran lantaran kurang memaksimalkan waktu untuk lebih produktif, semakin porak-poranda pula otak kita. Imbasnya, waktu kita dirampas oleh overthinking yang tidak mutu.
Generasi muda sebagai pengguna media sosial terbanyak, yang mana fyp seringkali meriuhkan isi otak, hendaknya menjadikan hal-hal yang memicu overthinking tersebut sebagai sebuah motivasi. Bukan malah sebaliknya. Bagaimana supaya diri sendiri mampu menggebrak kemalasan dan meletakkan waktu yang disediakan-Nya sesuai dengan porsi masing-masing. Bukankah merugi, apabila masa muda dipenuhi dengan overthinking? Maka, hendaknya teruslah produktif mengisi nikmat waktu yang diberikan-Nya dengan sebaik-baiknya.
Kita punya kendali penuh atas diri kita sendiri. Jika ada hal yang bisa diubah, ubahlah. Jika tidak bisa, lepaskanlah. Jangan sampai masa muda yang seharusnya menjadi ladang kita bertumbuh, malah habis untuk memikirkan sesuatu yang tidak perlu.
Mari belajar untuk tidak lagi membuang waktu dengan overthinking yang tak ada ujungnya. Menggerus dan mempersempit ruang overthinking dengan mengisi hal-hal yang lebih produktif. Ingat, waktu akan terus berjalan, dan kita tidak bisa mengulanginya kembali.
Gabung Dengan Komunitas Untuk Berkomentar