Manusia itu, bagaimanapun hebatnya, tidak pernah luput dari kekurangan. Bahkan sosok yang tampak sempurna di mata dunia sekalipun punya celah. Ada sisi-sisi rapuh, ada cerita-cerita yang tidak selalu ideal. Tapi, bukan itu yang perlu kita lihat. Fokus kita bukan pada apa yang kurang, melainkan pada apa yang bisa kita pelajari dan teladani dari mereka.
Sering kali, kita terjebak dalam meromantisasi sosok yang kita idolakan. Kita terlalu terpesona hingga lupa memilah. Semua yang mereka lakukan kita serap mentah-mentah, tanpa mempertimbangkan baik-buruknya untuk diri kita sendiri. Padahal, mengidolakan itu seharusnya menjadi cara kita belajar, bukan sekadar kagum buta.
Beberapa dari kita mungkin merasakan betapa kuatnya pengaruh idola dalam kehidupan kita. Misalnya, ketika seorang artis atau figur publik favorit terlibat dalam kontroversiāseperti kasus ujaran yang tidak pantas, gaya hidup yang dianggap tidak sesuai, atau skandal pribadiāreaksi para penggemar beragam. Ada yang langsung menghujat, kecewa, atau bahkan merasa dikhianati. Seolah-olah, kesalahan idola tersebut telah meruntuhkan gambaran sempurna yang selama ini mereka kagumi.
Di sisi lain, ada juga yang membela mati-matian. Mereka menutup mata terhadap kesalahan yang jelas-jelas terjadi, bahkan menyerang siapa saja yang mencoba memberikan kritik. Segala tindakan idola dianggap benar, meski sebenarnya tidak sesuai dengan nilai-nilai yang dianut penggemarnya sendiri.
Padahal, mengidolakan tidak harus serumit itu. Mengidolakan dengan bijak berarti menerima kenyataan bahwa idola kita adalah manusia biasa juga, yang sama-sama memiliki kelebihan dan kekurangan masing-masing. Ketika idola melakukan kebaikan, ambil sebagai inspirasi. Ketika mereka salah, ambil sebagai pelajaran, tanpa perlu menghakimi secara berlebihan atau membela membabi buta.
Sebagai salah satu misal, jika seorang influencer yang kita kagumi karena motivasinya untuk hidup sehat, tiba-tiba terlibat dalam kebiasaan yang kurang sehat, kita tidak perlu ikut terpuruk atau mengutuknya. Cukup ambil pesan positif yang sudah mereka sampaikan, tinggalkan yang tidak sesuai, dan fokuslah pada perjalanan kita sendiri. Sebab, pada akhirnya, yang kita idolakan juga manusia biasa. Mereka juga sedang berproses, sedang memperbaiki diri.
Mengidolakan bukan tentang mengikuti seseorang secara buta, melainkan tentang belajar memilah. Ambil kebaikan, tinggalkan keburukan, dan tetaplah tumbuh menjadi diri yang lebih baik tanpa terjebak dalam bayang-bayang orang lain.
Sesederhana itu. Sesimpel itu sebenarnya mengidolakan manusia.
Gabung Dengan Komunitas Untuk Berkomentar