Benarkah Angkat Galon Bisa Menyebabkan Penurunan Rahim?

Secara umum, rahim merupakan anugerah Tuhan yang dititipkan kepada tubuh wanita yang cukup tangguh lantaran memiliki kekuatan menampung janin selama kehamilan dan kemudian kembali ke ukuran semula setelahnya. Namun, tahukah kalian? Ada kebiasaan yang dapat memberikan dampak buruk bagi rahim, yaitu mengangkat beban berat.

Salah satu pekerjaan mengangkat beban berat yang kerap kali dilakukan wanita di masyarakat kita adalah mengangkat galon. Meski menampakkan diri sebagai wanita tangguh, kuat mengangkat beban-beban berat, pekerjaan semacam ini menjadi sebuah permasalahan yang katanya dapat menurunkan rahim. Dengar-dengar, melakukan angkat beban berat bagi wanita dalam jangka panjang dapat berisiko menyebabkan prolaps uterus atau penurunan rahim. Apakah benar?

Apa itu prolaps uterus? Prolaps uterus terjadi ketika otot-otot dasar panggul yang menopang rahim melemah, sehingga rahim turun ke bawah. Apabila kondisi ini semakin parah, rahim dapat masuk ke dalam vagina dan bisa menjadi cukup serius jika tidak segera ditangani oleh tenaga medis.

Faktanya, tidak semua wanita yang sering mengangkat benda berat sepanjang hidupnya dapat mengalami prolaps uterus. Forner, dkk. (2020) dalam penelitiannya memaparkan bahwa wanita yang memiliki kebiasaan mengangkat beban berat tidak serta-merta secara otomatis memiliki risiko tinggi mengalami prolaps uterus dibandingkan wanita lain.

Hal ini dibuktikan dengan hasil penelitian mereka yang menunjukkan bahwa dari 4000 responden, wanita yang mengangkat beban <15kg justru lebih banyak melaporkan gejala prolaps uterus dibandingkan mereka yang mengangkat beban >50kg. Dengan kata lain, wanita yang aktif secara fisik dan mengangkat beban berat tidak memiliki prevalensi gejala prolaps uterus yang lebih tinggi dibandingkan kelompok lainnya. Hanya karena seseorang sering mengangkat beban berat, galon misalnya, bukan berarti lebih rentan mengalami prolaps uterus.

Dengan demikian, hubungan antara mengangkat beban berat dan efeknya terhadap rahim belum sepenuhnya dipahami, sehingga masih diperlukan penelitian lebih lanjut untuk memastikan apakah ada pengaruhnya atau tidak di antara keduanya.

Hal ini menunjukkan bahwa angkat beban berat tidak serta-merta berbahaya bagi rahim, berbeda dengan angkat beban yang dilakukan dalam kondisi yang tidak terkontrol atau pada wanita dengan faktor risiko tertentu, misalnya memiliki otot dasar panggul yang lemah akibat persalinan atau usia.

Namun untuk menghindari, sebaiknya mengurangi pekerjaan yang mengangkat beban berat terlalu sering apabila belum begitu paham apakah tubuh memiliki faktor risiko tertentu atau tidak.

Referensi:

Avant Gynecology. How Does Heavy Lifting Affect Your Uterus? https://www.avantgynecology.com/2018/08/22/how-does-heavy-lifting-affect-your-uterus/

Forner, L. B. 2020. Symptoms of Pelvic Organ Prolapse in Women Who Lift Heavy Weights for Exercise: a Cross-Sectional Survey. Int Urogynecol J

TangiTuru Community adalah media yang menyediakan platform untuk menulis , Semua karya tulis yang dibuat adalah sepenuhnya tanggung jawab dari penulis

Gabung Dengan Komunitas Untuk Berkomentar


Rekomendasi Untuk Anda
Tentang Penulis

Suka mengamati, membaca, dan menulis